6.2.09

Monolog Bunga Matahari

Lahirnya dia menjenguk dunia tanpa pernah siapa menduga, Nafasnya terhembus dari kontangnya sendiwara dunia...
Menjulang seolah pohon purba di bawah tatapan sinar bulan....berdiri bagai malam tak beranjak,adakah ia akan mencari terang..... Sebelum semua tenggelam terlihat punggungnya kelam gemintang yang runcing, menghadap langit rupanya ia penasaran....

Tak pernah bisa meruntuhkan bintang dengan doa dan mentera yang ia pelajari dari isyarat bumi, ketika berguru pada seekor naga di bawah lautan....
Tak pernah mampu menyahut sinar bulan, terus-terusan hinggaa terpadamnya dosa semalam...
Tak mungkin layak menjadi pendita, yang luhur dan kudus peribadinya..bersulam ilmu sesak di dada hingga memberkas lohongan jiwa manusia....
Hanya bayangan diri yang ia dapatkan di kediaman batu dan lokan yang membuatnya lebih bijak... Ia tahan seribu berahi yang meracap di dalam gelap di antara ruang dan lorong remang... Isyarat air dan bara api telah membuatnya lebih tabah di antara angin dan badai yang datang ...
Pekikkan nostalgia perit telah mengajarnya lebih tepu menggoyang rasa..
Mekarnya dia hanya dari belas dan air mata..
Dia akan terus meraih kebahagiaan jejak manusia yang memandang..
Memukau mata yang melihat..
Bercerita pada yang merenung dan mentafsir...
Menyeri alam tanpa rasa terpinggir..

2 comments:

Ridhuan said...

fuhh tak paham la pulak.. tapi ayat menarik. camne u bole wat ayat camtu eh? kagum..

Youjie said...

" Bercerita pada yang merenung dan mentafsir..."

^_^